Kamis, 19 Januari 2012

Karya Fiksi


>> Rabu, 04 Februari 2009
Karya fiksi dapat diartikan sebagai karya imajiner dan estetis. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disenbut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discource) (dalam pendekatan struktural dan semiotik). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan (cerham) / cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak mengarah pada kebenaran sejarah. (Abrams, 1981:61)

Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksi dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog kontemplasi, realsi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walaupun khayalan, fiksi merupakan perenungan. Selain itu fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan model kehidupan yang ideal bagi pengarang dan meneguhkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan.

”Prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan- hubungan antarmanusia. Pengarang mengungkapkan hal itu berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan.

Sigmund Freud mengatakan: “Seseorang mau membaca / ingin membaca suatu karya fiksi (karya kreatif) bukan sekedar ingin tahu isi cerita yang dibacanya, melainkan juga sebagai pembebasan ketegangan dalam jiwa. Pembebnasan ini merupakan kenikmatan.“

Adapun yang dimaksud dengan daya imajinasi itu sendiri adalah gift, anugerah atau bakat. Maya Angelou seorang penyair dan novelis Amerika Serikat yang juga dikenal sebagai penari dan sutradara film pertama perempuan di Negeri Paman Sam mengatakan “Jangan menjadi pengarang kalau malas atau malu-malu berimajinasi”. Dia juga menegaskan, bagi seorang pengarang, berimajinasi merupakan suatu keharusan. Modal utama pengarang memang daya imajinasi atau kemampuan berimajinasi. Tanpa adanya daya imajinasipengarang akan menjadi mandul alias tidak mampu menghasilkan karya.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa fiksi adalah karya imajiner (khayalan) dan estetis yang menceritakan dinamika kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, dan dengan Tuhan. Fiksi merupakan buah dari kontemplasi yang dilakukan oleh manusia tentang kehidupan yang dijalaninya. Fiksi juga dapat diartikan sebagai rekaan (cerham)/cerita khayalan, yang tidak sepenuhnya berangkat dari kenyataan atau sejarah. Bahkan seringkali karya fiksi di luar nalar berpikir manusia itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar